APPKSI – Potensi ekonomi digital Indonesia semakin berkembang pesat, dengan momentum Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023 yang kian menegaskan pentingnya ekonomi digital sebagai isu utama. Dukungan dari potensi kawasan ASEAN turut mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, yang diharapkan mencapai nilai ekonomi digital hingga US$ 1 triliun pada tahun 2030.
Kendati potensi ekonomi digital Indonesia sudah terbukti, langkah strategis juga tengah diambil untuk mendorong perkembangannya. Salah satu langkah penting yang akan segera diambil adalah peluncuran Digital Economic Agreement Framework (DEFA) yang dijadwalkan pada bulan September mendatang. DEFA diharapkan menjadi tonggak penting dalam meningkatkan integrasi ekonomi digital regional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam Symposium on Digital Economy and Sustainability pada Kamis (24/08) di Jakarta, menyatakan keyakinannya bahwa DEFA akan membuka pintu bagi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. “Dengan adanya perjanjian ini, kami berharap investasi akan meningkat, inovasi akan ditingkatkan, produktivitas akan bertambah, lapangan kerja berkualitas akan tercipta, dan sektor UMKM akan semakin diberdayakan,” ungkap Menko Airlangga.
Peran penting start-up dalam ekonomi digital Indonesia juga tidak bisa diabaikan. Menurut Menko Airlangga, jumlah start-up di Indonesia adalah yang ketiga terbesar di Asia. Dia pun telah berdiskusi dengan para pendiri start-up tentang berbagai isu, termasuk inovasi, akses pendanaan, dan kebutuhan akan tenaga ahli digital.
Kementerian juga mengambil langkah untuk memastikan ketersediaan digital talent yang cukup dalam menghadapi era ekonomi digital. Program retraining dan reskilling telah dirancang untuk mengembangkan digital talent yang berkualitas. Dalam upaya yang lebih luas, pemerintah mendukung pembangunan Digital Hub dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Digital di berbagai wilayah, termasuk di Nongsa Digital Park di Batam. Upaya ini sejalan dengan visi Pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat IT backbone di wilayah ini.
Selaras dengan semangat meningkatkan ekonomi digital, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi, menekankan bahwa digitalisasi bukan sekadar soal perangkat, tetapi juga tentang perubahan fundamental dalam sistem untuk menggerakkan ekonomi. Peningkatan jumlah lapangan kerja yang terkait dengan bisnis dan industri ramah lingkungan menjadi fokus dalam membangun ekonomi berkelanjutan di ASEAN.
Pada akhir simposium, Menko Airlangga dan Presiden ERIA, Prof. Tetsuya Watanabe, secara resmi meluncurkan Digital Innovation and Sustainable Economy Center (DISC). Platform ini akan menjadi ruang virtual dan fisik bagi pembuat kebijakan, dunia usaha, akademisi, dan organisasi untuk berkolaborasi dalam mewujudkan transformasi berkelanjutan berbasis digital.
Simposium ini menjadi bukti kolaborasi yang kuat antara Kemenko Perekonomian dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), yang juga merupakan salah satu side event yang mendukung Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023. Turut dihadiri oleh berbagai tokoh terkait, simposium ini mengukuhkan komitmen Indonesia untuk memimpin dalam pengembangan ekonomi digital di kawasan.