APPKSI – Perlu diketahui bahwa jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu 2019 adalah 187.781.884 orang, terdiri dari 185.732.093 pemilih dalam negeri dan 2.049.791 pemilih di luar negeri. Jumlah pemilih perempuan lebih banyak, sekitar 126 ribu dibandingkan dengan pria, yaitu 92.929.422 pemilih perempuan di dalam negeri. Oleh karena itu, sangat menarik untuk mengukur preferensi dan rasionalisasi pilihan politik kaum perempuan dalam pemilu 2024.
Pengukuran tersebut dilakukan melalui jajak pendapat yang hanya diikuti oleh kaum perempuan warga negara Indonesia yang tersebar di 34 provinsi, dengan jumlah sampel sebanyak 2200 kaum perempuan sebagai objek penelitian. Dari jumlah tersebut, 67,7 persen merupakan responden yang pernah memberikan suaranya dalam pemilu 2019, sedangkan 32,3 persen merupakan kaum perempuan pemilih pemula.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling. Hasil penelitian survei ini memiliki tingkat kepercayaan (confidence level) sebesar 95 persen dan margin of error sekitar 2,09 persen. Survei ini dilakukan mulai tanggal 10 hingga 22 Juni 2023.
Direktur Eksekutif Warna Institute, Frika Faudilah S.Kom, menyatakan bahwa hasil penelitian Warna Institute menunjukkan bahwa 80,6 persen kaum perempuan tidak suka dengan gaya kampanye relawan bakal calon presiden yang berfokus pada politik identitas dan saling mendiskreditkan calon presiden lainnya.
Frika Faudilah juga mengungkapkan bahwa sebanyak 86,7 persen kaum perempuan tidak menyukai calon presiden yang ambisius dan hanya berfokus pada pencitraan. Namun, sebanyak 87,8 persen kaum perempuan menyukai dan menerima tokoh yang memiliki rekam jejak kinerja yang berdampak pada ekonomi keluarga mereka.
Menurut Frika, dari keempat tokoh yang dipilih oleh kaum perempuan, Ganjar Pranowo, Prabowo, Anies Baswedan, dan Airlangga Hartarto, 54,9 persen kaum perempuan menyatakan bahwa program dan kinerja Airlangga Hartarto selama menjabat sebagai Menko Perekonomian memiliki pengaruh positif terbesar terhadap kehidupan ekonomi keluarga mereka. Sebanyak 11,8 persen kaum perempuan merasakan kinerja dan program Prabowo Subianto sebagai Menhan, sementara 5,3 persen merasakan pengaruh dari program dan kinerja Ganjar Pranowo selama menjadi Gubernur Jawa Tengah, dan 3,4 persen merasakan kinerja dan program Anies Baswedan selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sebanyak 24,6 persen tidak memberikan jawaban.
Selain itu, dalam penelitian ini juga dikaji mengenai sosok dan kemampuan Presiden yang diharapkan oleh kaum perempuan sebagai pengganti Jokowi. Sebanyak 70,6 persen kaum perempuan menginginkan seorang presiden yang mampu mengelola perekonomian nasional sehingga berdampak pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga mereka. Sebanyak 12,6 persen menginginkan seorang presiden yang tegas dan berani, sedangkan 7,7 persen kaum perempuan menginginkan presiden yang merakyat. Sebanyak 9,1 persen tidak memberikan jawaban terkait preferensi tersebut.
Frika menyampaikan, “Hasil penelitian Warna Institut menyatakan bahwa 80,6 persen kaum perempuan tidak suka dengan gaya kampanye relawan bakal calon presiden yang berfokus pada politik identitas dan saling mendiskreditkan calon presiden lainnya.” Hal ini juga ditegaskan bahwa 86,7 persen kaum perempuan tidak menyukai calon presiden yang ambisius dan hanya berfokus pada pencitraan. Namun, 87,8 persen kaum perempuan menyukai dan menerima tokoh yang memiliki rekam jejak kinerja yang berdampak pada ekonomi keluarga kaum perempuan.
Lebih lanjut, Frika menjelaskan bahwa sebanyak 59,8 persen kaum perempuan menginginkan Presiden yang berlatar belakang sipil, sementara 21,8 persen menginginkan presiden berlatar belakang militer/polisi. Sebanyak 19,4 persen tidak mempermasalahkan latar belakang presiden.
Terkait status pernikahan Presiden, sebanyak 67,9 persen kaum perempuan tidak mempermasalahkan apakah Presiden berkeluarga atau memiliki istri atau suami, sedangkan 32,1 persen menyatakan bahwa Presiden harus memiliki istri atau suami. Sebanyak 1 persen tidak memberikan jawaban terkait hal ini.
Hasil simulasi nama-nama tokoh bakal calon presiden yang disodorkan kepada 2200 kaum perempuan yang berdomisili di 34 provinsi di Indonesia, ketika diminta untuk memilih tokoh yang akan dipilih jika pilpres digelar saat ini, menunjukkan bahwa Airlangga Hartarto mendapatkan tingkat keleterpilihan tertinggi oleh kaum perempuan, yaitu sebanyak 37,9 persen memilih Airlangga Hartarto sebagai Presiden penerus Jokowi. Prabowo mendapatkan dukungan sebanyak 20,8 persen, Ganjar Pranowo sebanyak 10,8 persen, Anies Baswedan sebanyak 6,8 persen, dan sisanya memilih tokoh lainnya. Sebanyak 23,7 persen tidak memberikan jawaban terkait pilihan tersebut.
Frika juga menyebutkan hasil dukungan partai politik berdasarkan survei ini, yaitu Golkar dengan 21,1 persen, PDIP dengan 18,3 persen, Gerindra dengan 17,9 persen, Demokrat dengan 12,8 persen, PKB dengan 5,3 persen, PKS dengan 4,9 persen, Nasdem dengan 4,3 persen, Perindo dengan 4,1 persen, PPP dengan 2,9 persen, PAN dengan 2,2 persen, dan gabungan partai politik lainnya sebanyak 4,8 persen. Sebanyak 1,4 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak akan memilih partai politik manapun.
Demikianlah hasil dari survei Warna Institute mengenai preferensi dan rasionalisasi pilihan politik kaum perempuan dalam pemilu 2024. Survei ini dilakukan dengan melibatkan 2200 kaum perempuan sebagai responden di 34 provinsi di Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa Airlangga Hartarto memiliki tingkat keleterpilihan yang tinggi di kalangan kaum perempuan sebagai penerus Jokowi. Namun, penting untuk diingat bahwa hasil survei ini merupakan representasi dari sampel yang diambil dan bukan seluruh populasi pemilih perempuan di Indonesia.